Kendali Mutu dan Kendali Biaya: Apa sih sebenarnya?

Dalam berbagai kesempatan baik offline maupun online, kami selalu mencoba menggali apa dan bagaimana jargon Kendali Mutu dan Kendali Biaya (KMKB) yang sangat populer dalam sistem JKN ini dijalankan. Namun sejauh ini belum ada penjelasan yang memuaskan. Konsepnya cukup jelas yaitu berkisar pada pelayanan kesehatan yang mutunya memenuhi standar, dengan biaya yang efisien. Namun pertanyaannya bagaimana melakukannya? Sejauh ini kami belum menemukan laporan atau publikasi terkait bagaimana KMKB berhasil diterapkan. Kajian yang dilakukan PKMK FK UGM dan BPJS Kesehatan menyatakan bahwa Utilization Review sebagai metoda KMKB sudah banyak dilakukan, namun belum diketahui ketepatan proses dan efektivitasnya (baca di sini).

Sebelum membahas KMKB dari sudut pandang manajemen mutu, perlu dirumuskan dulu apa yang sudah ada terkait dengan KMKB dari Permenkes No. 71 Tahun 2013. Beberapa di antaranya:

  • KMKB dijalankan oleh BPJS Kesehatan dengan membentuk TKMKB (Tim KMKB)
  • KMKB dijalankan oleh Faskes diantaranya dengan metode Utilization Review dan Audit Medis

Lebih jauh analisis dr Tonang D.A. menegaskan bahwa persoalan KMKB ini bagaimana pun melibatkan lebih banyak pihak (silakan baca di sini). Sayangnya pembahasannya belum sampai pada tataran bagaimana teknis KMKB dijalankan. Mengapa harus sampai pada teknis pelaksanaannya? karena kita ingin mengetahui beberapa hal yang jauh lebih penting seperti

  • Apa itu Mutu? Apakah pelayanan kesehatan kita sudah bermutu?
  • Mutu (pelayanan) yang mana yang harus dikendalikan?
  • Bagaimana mengendalikan mutu tersebut?
  • Apa yang dimaksud mengendalikan biaya?
  • Bagaimana mengendalikan biaya tersebut?

Jadi apa dan bagaimana sih sebaiknya KMKB?

Tulisan ini akan membahas isu KMKB dalam beberapa posting. Semoga cukup waktu dan kesabaran membaca dan memahaminya.

Apa itu Mutu (dalam pelayanan kesehatan)? Baru satu pertanyaan ini saja, tidak ada penjelasan yang memadai. BPJS Kesehatan harus bertanggung jawab pada mutu yang mana? Faskes harus bertanggung jawab pada mutu yang mana? Apakah keduanya bertanggung jawab pada mutu yang sama? Bagaimana mutu pelayanan yang sebenarnya dirasakan langsung oleh pasien? keluarga pasien? bahkan pemangku kepentingan yang lain seperti pemasok? perusahaan asuransi? dan lain-lain? Bisa dibayangkan jika objek pembicaraannya saja belum jelas, bagaimana mungkin kita bisa mengelolanya (mengendalikannya)?

Dalam disiplin manajemen mutu, mutu dapat dilihat dari berbagai perspektif. Barangkali yang paling populer adalah pemahaman Total Quality Management (TQM) yang mengatakan mutu adalah kesesuaian penggunaan (fitness for use). Ada juga pemahaman tentang dimensi mutu yang disampaikan Prof. Garvin dari Harvard, bahwa dimensi mutu ada 8 (Performance, Features, Reliability, Conformance, Durability, Serviceability, Aesthetics, Perceived Quality). Ada yang menggunakan dimensi mutu dari Parasuraman, Zeithaml dan Berry dengan Servqual-nya (Reliability, Assurance, Tangibles, Emphaty, Responsiveness). Jangan lupa dengan perspektif Six Sigma yang mengatakan bahwa mutu itu berbanding terbalik dengan variabilitas.

Sebelum membuat bingung, saya hanya ingin menegaskan bahwa berbicara mutu tidak cukup berhenti sampai konsepnya, tetapi harus sampai detail apa objeknya, apa ukurannya, bagaimana mengukurnya, dan sampai bagaimana mengendalikannya. Persis seperti maksud dari frase KMKB. Berbahaya sekali ketika Faskes bicara mutu terkait

  • akreditasi internasional atau nasional yang diperoleh, tanpa melihat minimnya waktu komunikasi pasien/keluarga dengan dokter
  • turnover inventory-nya BLU, yang tidak terkait dengan service level pelayanan obat kepada pasien
  • kesesuaian hari rawat inap pasien dengan standar biayanya, tanpa memperhatikan kondisi pasien yang sebenarnya
  • kesesuaian dokumen persyaratan dengan aturan yang berlaku, dengan mengesampingkan kondisi pasien yang ada di depan mata
  • dan contoh-contoh serupa lainnya.

Jadi marilah membumikan jargon mutu dalam pelayanan kesehatan. Idealnya setiap orang/unit/lembaga paham tentang mutu pekerjaannya karena dari situlah pelanggan kita ada.

Series NavigationKMKB: Mulai dari mana? >>

2 comments on “Kendali Mutu dan Kendali Biaya: Apa sih sebenarnya?”

  1. Eti Santosa Reply

    .. persis ….sejak ada istilah KMKB sy jg sering bertanya tanya apa ukurannya … bentuk dan formulanya … bila suatu faskes “bisa dikatakan” sdh melaksanakan KMKB ..?? Walaupun indikator2 mutu kinerja RS sdh banyak, jg indikator kinerja keuangan … tapi bagaimana menghubungkan keduanya, sehingga menjadi satu ukuran KMKB.

  2. irihm Reply

    Mengenai satu ukuran untuk KMKB saya tidak berani mengatakan harus begitu. Ukurannya boleh saja masing-masing, tetapi metodanya pada prinsipnya sama. Apalagi jika proses yang dievaluasi mutu dan biayanya adalah proses yang sama.

Leave A Reply

Your email address will not be published.