Kita sering mendengar istilah safety stock (stok pengaman) dalam pengelolaan persediaan. Tapi apa arti safety stock sebenarnya? ada yang mengatakannya sekedar stok yang diadakan sebagai pengaman agar item persediaan selalu ada. Tentu saja pengertian ini benar adanya, tapi belum menggambarkan arti praktisnya. Agar persediaan selalu ada itu artinya berapa banyak? Ada juga yang mengartikan safety stock sebagai batas stok yang minimal harus ada. Pertanyaannya berapa minimal tingkat persediaan ini? ada juga yang mengartikannya sebagai tingkat persediaan dimana kita harus segera melakukan pemesanan kembali agar persediaan kembali terisi. Yang mana yang benar? Mari kita lihat lebih dekat.
Memberikan penjelasan mengenai safety stock relatif mudah karena secara bahasa artinya memang cukup jelas. Namun secara praktis, kita harus paham apa artinya dan bagaimana safety stock dihitung. Safety stock pada dasarnya adalah persediaan yang kita siapkan untuk mengantisipasi ketidakpastian. Dengan kata lain, jika ketidakpastian tidak ada atau semua serba pasti, maka safety stock tidak dibutuhkan (safety stock = 0). Tidak heran jika kita melihat formula perhitungan EOQ (economic order quantity) yang dikembangkan pertama kali oleh Harris tahun 1913, tidak ada istilah safety stock karena semua faktor diasumsikan konstan (tidak ada variasi atau tidak ada ketidakpastian). Namun sekarang kita sangat sadar bahwa ketidakpastian sangat tinggi. Oleh karena itu elemen ketidakpastian ini harus dipertimbangkan.
Apa saja elemen ketidakpastian tersebut? Sejauh ini ada 3 elemen yang dipertimbankan dalam perhitungan safety stock
1. Variasi Permintaan (σ)
Tidak pernah ada situasi dimana permintaan konstan. Permintaan dari waktu ke waktu selalu berubah atau bervariasi. Oleh karena itu variasi tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan safety stock. Semakin besar variasi permintaan, maka semakin besar safety stock yang harus disiapkan.
2. Leadtime (L)
Leadtime adalah durasi waktu sejak pesanan dilakukan sampai pemesan menerima pesanannya. Tentu saja semakin lama leadtime, maka semakin besar juga stok yang yang harus disiapkan.
3. Service Level (z)
Service level sudah dibahas pada posting sebelumnya. Semakin tinggi service level yang ditetapkan oleh manajemen, maka semakin tinggi stok yang harus disiapkan. Terkait dengan safety stock, service level direpresentasikan oleh parameter z, nilai standar pada distribusi normal. Secara praktis nilai z dapat dihitung dengan fungsi matematis pada microsoft excel z = normsinv(prob). parameter prob adalah probabilitas pada distribusi normal (luas area di bawah kurva normal). Sebagai contoh, kebijakan service level 95%, identik artinya probabilitas distribusi normalnya adalah 95%, sehingga nilai z = normsinv(0,95) = 1,64
Berdasarkan ketiga elemen di atas, safety stock (SS) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
SS = σ * z * √(L)
Perlu dicatat, bahwa semua satuan pada elemen tersebut harus sama. Jika variasi dinyatakan dalam minggu, maka leadtime harus dinyatakan dalam minggu. Jika variasi dihitung berdasarkan data bulanan, maka leadtime-nya harus dinyatakan dalam bulan.
Dengan pemahaman seperti ini, maka safety stock tidak sama dengan variabel kapan kita harus melakukan pemesanan kembali (reorder point) dan tidak persis sama dengan istilah minimum stock. Safety stock adalah stok atau persediaan yang disiapkan untuk mengantisipasi ketidakpastian.