Ringkasan Konsep KMKB versi IRIHM
Berikut ini ringkasan konsep KMKB versi IRIHM untuk menggambarkan proses terkendali, proses kapabel, Kendali Mutu, Kendali Biaya dan terminologi di seputar KMKB.
Berikut ini ringkasan konsep KMKB versi IRIHM untuk menggambarkan proses terkendali, proses kapabel, Kendali Mutu, Kendali Biaya dan terminologi di seputar KMKB.
Masih dalam bahasan Kendali Mutu dan Biaya, kita coba bahas lebih dalam soal biaya. Di negara Nunjadi, ada praktik oknum rumah sakit yang memulangkan pasien karena biaya perawatannya sudah melebihi tarif yang dibayarkan oleh asuransi. Apakah ini termasuk dari upaya melakukan kendali biaya? Saya pikir kita setuju jawabannya tidak. Pertama karena tidak mengutamakan pasien, dan kedua praktik tersebut jauh dari konsep kendali yang kita bahas dalam seri posting KMKB. Lantas bagaimana melakukan kendali biaya?
Di ujung posting sebelumnya, disinggung tentang bagaimana stabilitas proses bergantung dari komponen masing-masing proses. Proses registrasi di Faskes A dan di Faskes B boleh jadi serupa tapi tak sama karena komponennya berbeda. Yang paling jelas adalah orangnya berbeda, layout ruangannya berbeda, aplikasi yang digunakan juga mungkin berbeda. Akibatnya karakter prosesnya pun berbeda. Tapi terlepas dari perbedaan tersebut, setiap proses harus dapat dikendalikan (terkendali). Jadi sangat mungkin banyak proses registrasi di berbagai Faskes sudah terkendali dengan karakternya masing-masing. Pertanyaannya, apakah proses-proses tersebut juga kapabel?
Bagaimana proses menyuarakan karakternya akan kita coba bahas dalam posting kali ini. Alat untuk menangkap suara proses itu dikenal dengan nama peta kendali (control chart). Peta kendali inilah yang digunakan oleh Shewhart sejak hampir 100 tahun lalu. Jadi kita jangan merasa hebat jika baru mengenal KMKB. Lewat peta kendali ini, kita dapat mengetahui apakah suatu proses itu terkendali (in-control) atau tidak (out-of-control). Sekedar mengingatkan, jika pada suatu proses terdapat indikasi out-of-control, itu berarti dalam proses itu sudah terjadi sesuatu di luar kondisi alamiahnya. Dengan kata lain sudah terjadi sebab spesial dalam proses tersebut. Bagaimana detail ceritanya?
Jika kita bersepakat bahwa KMKB dimulai dari proses, maka tidak ada hal yang lebih penting daripada memahami proses. Ibarat teman, proses pun pada prinsipnya selalu berkomunikasi kepada kita. Sayangnya sedikit sekali dari kita yang memahami apa yang proses sampaikan. Kadang kala proses sampai ‘berteriak’ bahwa telah terjadi sesuatu, tetapi kita tidak pandai mendengar suara dari proses (Voice of Process – VOP) tersebut. Seperti apa suara proses itu?
Sesuai dengan posting sebelumnya, mari kita mulai membumikan konsen KMKB ini. Satu hal yang dapat disimpulkan dari memahami berbagai perspektif tentang mutu (ringkasnya ada di sini, lengkapnya ada di acara ini) adalah Mutu tidak dapat dilepaskan dari proses. Bagaimana dengan biaya? biaya bisa jadi merupakan input dari suatu proses, tapi dapat juga merupakan konsekuensi dari proses (yang buruk). Yang pasti, biaya juga berhubungan sangat erat dengan proses. Soal kata kendali, adakah hubungannya dengan proses?
Dalam berbagai kesempatan baik offline maupun online, kami selalu mencoba menggali apa dan bagaimana jargon Kendali Mutu dan Kendali Biaya (KMKB) yang sangat populer dalam sistem JKN ini dijalankan. Namun sejauh ini belum ada penjelasan yang memuaskan. Konsepnya cukup jelas yaitu berkisar pada pelayanan kesehatan yang mutunya memenuhi standar, dengan biaya yang efisien. Namun pertanyaannya bagaimana melakukannya? Sejauh ini kami belum menemukan laporan atau publikasi terkait bagaimana KMKB berhasil diterapkan. Kajian yang dilakukan PKMK FK UGM dan BPJS Kesehatan menyatakan bahwa Utilization Review sebagai metoda KMKB sudah banyak dilakukan, namun belum diketahui ketepatan proses dan efektivitasnya (baca di sini).
Sebelum membahas KMKB dari sudut pandang manajemen mutu, perlu dirumuskan dulu apa yang sudah ada terkait dengan KMKB dari Permenkes No. 71 Tahun 2013. Beberapa di antaranya:
Lebih jauh analisis dr Tonang D.A. menegaskan bahwa persoalan KMKB ini bagaimana pun melibatkan lebih banyak pihak (silakan baca di sini). Sayangnya pembahasannya belum sampai pada tataran bagaimana teknis KMKB dijalankan. Mengapa harus sampai pada teknis pelaksanaannya? karena kita ingin mengetahui beberapa hal yang jauh lebih penting seperti
Jadi apa dan bagaimana sih sebaiknya KMKB?
Sebagai pelengkap materi pelatihan Manajemen Proses Bisnis di Fasyankes yang diselenggarakan 24-25 November 2016, berikut disampaikan tutorial penggunaan Igrafx untuk memetakan proses bisnis pelayanan rawat jalan sekaligus mensimulasikannya. Selamat mencoba. Tutorial 1: Pemetaan Proses Bisnis Tutorial 2: Set-up dan Simulasi Proses Bisnis Tutorial 3: simulasi dengan berbagai skenario
Posting sebelumnya terkait manajemen antrian rumah sakit, kita sudah membahas isu tentang panjangnya antrian. Kali ini kita melihat sisi lain dari panjang antrian yaitu lamanya waktu antri atau waktu tunggu rawat jalan. Tidak semua orang memiliki kesabaran menunggu yang banyak. Ada yang memang karena sibuk maka tidak ingin membuang waktunya untuk antri. Ada juga yang merasa bagaimana pun menunggu dalam antrian tidak memberikan nilai tambah kecuali rasa kesal. Tentu saja ada banyak orang yang rela menunggu karena tidak ada pilihan lain. Namun ada satu hal yang pasti, setiap orang memiliki batas waktu yang dianggapnya wajar untuk menunggu (acceptable waiting time – AWT). Jika antrian akan membuatnya menunggu lebih lama dari batas waktu tersebut, orang akan pergi meninggalkan antrian, yang berarti meninggalkan jasa yang ingin diperolehnya. Hal ini berarti faskes telah gagal memenuhi keinginan pasiennya. Apa yang harus dilakukan?
Salah satu isu kritikal dalam manajemen antrian di faskes adalah seringkali dijumpai luas ruang tunggu jauh lebih kecil dari jumlah pasien yang berkunjung, lebih spesifiknya pasien yang antri. Bahkan pernah saya lihat jumlah kursi yang disediakan di poli spesialis sangat terbatas, menunjukkan demikianlah ruang yang disediakan untuk menunggu layanan dokter. Lebih ekstrim lagi, ada klinik yang setiap hari pasiennya antri sampai di pinggir jalan. Memang isu utamanya adalah manajemen antrian di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, tapi konsekuensinya adalah ruang tunggunya harus bagaimana? Apakah tidak sebaiknya dirancang atau direncanakan agar membuat pasien merasa nyaman selama menunggu?